Senin, Juli 19

Cepet Sekali


Akhir-akhir ini buku yang gue pilih adalah terjemahannya The Letters of Al Ghazali. Cetakan pertama sama keempat diterbitin Penerbit Mizan, tapi gue baca yang cetakan kelima dari Penerbit Hikmah. Selidik punya selidik, kalo boleh gue jujur, itu buku gue COLONG dari perpustakaan. Muahahahahahaahah

Dasar maling. Hehe

Yah. Gimana lagi, cuma perpustakaan lah yang bisa minjamin buku gratisan. Tapi kenapa gue harus nyolong? Alasannya beragam.

Pertama, kartu gue ditahan. Sialan. Setahun ini kartu gue ditahan gara-gara kemarin terlambat balikin bukunya tapi gue gak mau bayar. Gitu, masalah gue gak diurusin. La perpusnya juga jarang buka weeeeeee.

Kedua, gue udah bosan minjam. Kadang kalo gue minjam satu buku, biasanya tenggat waktunya gak lama-lama. Nah karena gue ini orangnya rada lemod jadi biasanya buku yang gue pinjem, belum habis gue baca.

Dan alasan-alasan lain yang buat gue jengkel. Ironis memang, ketika gue dan anak-anak mading memilih buat memperjuangkan perpustakaan supaya ramai dikunjungi. Tapi tapi… tauk ah.

Oke. Sebenernya bagi gue, buku itu sebagai pengimbang setelah gue membaca sebuah buku Kahlil Gibran yang full Kristen (sampai gue sering ngelakuin kebiasaan orang kristen menunjuk dahi, pundak kanan dan pundak kiri hohohohoho).

Di situ diterangin sama sang imam, kalau dunia ini memang penuh dengan godaan, penuh dengan derita dan ketidak puasan. Dan untuk menghindari kekecewaan, kepercumaan, hal yang sia-sia maka kejarlah yang hakiki dan mendapat kedudukan yang paling tinggi. Pasrah kepada sang Pencipta, kembali kepada-Nya. Untuk mendapat kebahagiaan yang sejati. Hidup yang sejati. Hidup yang lebih hidup.

Tadi pas sekolah gue sempet ngobrol ma Paiche, salah seorang temen seperjuangan selisih satu tahun ma gue.

“Gak kerasa, udah tingkat sebelas. Padahal kayaknya baru kemarin tingkat sembilan” curhat gue.

“Iya gitulah, Joz. Kita juga gak ngerasa kalo bumi itu berputar” jawab Paiche.

“Iya yak. Tiba-tiba aja besok udah mati hahahahaha”

Sebenernya percakapan ini dengan logat suroboyoan, tapi berhubung gue adalah seorang yang cinta banged ma bahasa Indonesia jadi gue translatin aja hohohohohoho (ngaco!!!!!).

Paramex. Let The Flames Begin.

“Gak kerasa, udah tingkat sebelas. Padahal kayaknya baru kemarin tingkat sembilan”

gue jadi inget ada orang seperti ngomong hal yang sama ke gue. Kurang lebih seperti itu.

Violet, saat gue melancarkan jurus-jurus pendekatan (yang akhirnya gagal total –nangis-) berkata seperti itu di akhir tahun sekolahnya.

“iya yah. Gak kerasa udah mau lulus. Padahal ngerasa baru kemarin tingkat sembilan”.

The Ox. Bulan Yang Sama –play-

Cepet sekali berlalu. Waktu terasa melarikan dirinya.

Padahal waktu itu relatif. Katanya einstein.

Tapi tetap saja, entah kita akui atau tidak. Suatu saat kita akan mati. Meninggalkan dunia ini kembali kepadaNya.

Kalo dah gini, gue jadi inget temen-temen gue yang berusaha mengejar impian yang nggak hakiki. Bukannya sok suci atau apalah. Kadang gue juga bingung mau bagaimana. Tauk ahhh.

Kerasa kalo gue udah tua ya (ngomongin mati sih). Jadi inget SMS nya dia.

“Wah. Anda tua juga ya”

ketika gue baca tu SMS gue gak ngerasa di hina, di ejek ataupun jadi marah. Tapi gue bales dengan pura-pura marah (entahlah gue lupa jawabnya gimana).

Tapi gue merasakan rela, ikhlas, kalo dipanggil kek gitu. Tapi semangat harus muda.

Udah ah. *bom asap ninja*

----------------------------

sekarang pindah di sini

[+/-] Selengkapnya...

Inilah Orang Gag Penting

Foto saya
ploso jombang city!, jawa timur, Indonesia
Yah masih nubie, perlu belajar banyak :p