Rabu, Desember 24

Hati dan Jeruk Bali

Barang siapa yg tidak mengenal dirinya
maka ia tak akan mengenal Tuhannya

Seorang ibu yang baru datang dari belanja di pasar memberikan satu buah jeruk bali kepada dua orang anaknya.
Tentu maksud sang ibu adalah memberikan mereka buah tangan yang akan mereka makan dengan senang hati.
Tapi apa yang terjadi berikutnya adalah suatu yang berbeda dari sangkaan sang ibu.

Sesaat setelah menerima satu buh jeuk bali,
kedua anak kecil itu bukan malah gembira,
mereka justru ribut memperebutkannya.
Mendapati hal ini akhirnya si ibu berinisiatif membagikannya secara adil dengan memotongnya menjadi dua bagian.
Masing-masing anaknya mendapatkan separuh bagian.

Menjelang satu jam kemudian si ibu mendapati kedua anknya tediam tidak lagi ribut.
Sepintas si ibu lega ia merasa telah memberikan hak yang sama kepada kedua ankanya itu.
Namun saat itu si Ibu menengok keluar ruangan alangkah terkejutnya ia.
Ternyata kedua bocah itu tidak semuanya memakan isi buah jeruk.
Hanya salah seorang diantara mereka yang memakannya.
Sementara yang satunya lagi justru mengambilnya untuk menjadikannya mobil-mobilan,
dan isinya dibuang.

Sungguh si Ibu menjadi malu.
Ia merasa harus banyak mengerti keinginan anaknya, bukan sebaliknya.
Jika demikian adanya, si ibu berpikir, alangkah lebih bijaknya jika sebelumnya ia menanyakan keinginan anaknya soal buah jeruk tadi.
Jika tahu keinginan mereka berbeda bukankah akan lebih tepat jika salah satu dari mereka mendapatkan kulitnya saja untuk mainan, dan daging buahnya untuk si anak yang ingin suka memakannya.
Artinya keduanya akan memperoleh seratus persen yang mereka inginkan : WIN-WIN SOLUTION, dan tidak perlu ada yang terbuang percuma.

Kisah diatas mengingatkan kita tentang seni mendidik.
Secara garis besar saat ini dijumpai dua model seni mendidik,
1. Memberi kebebasan (otoritas) dan
2. Mengutamakan kedisiplinan (cenderung otorian).

Terkait dua seni ini, dalam sebuah wawancara mingguan DIE ZIET - JERMAN, Maret 2007.
Terdapat dua pendapat menarik yang disampaikan oleh praktisi dan pengamat pendidikan asal Jerman, Daniel Cohn Bendit dan Berharb Bueb.

Menurut Cohn Bendit, jika anda menjadi orang tua otomatis anda akan menjadi pendidik yang juga belajar.
Pertama Anda harus beremansipasi.
Artinya pendidikan kiranya perlu mendorong potensi-potensi yang tersedia dalam diri manusia sehingga masing2 dapat mengolah dan mengembangkan dirinya sendiri.
Jika kita mengarahkan dan membentuknya sesuai dengan citra dan keinginan kita, maka orang itu tidak akan dapat mencapai hidupnya dengan bercerah-nalar dan bebas.

Sementara Berhard Bueb berpendapat sebaliknya, orang tua atau pendidik harus memimpin anak menuju dirinya sendiri dengan patuh pada pengarahan.
Anak membutuhkan kepatuhan pada pengarahan itu untuk dapat menemukan kebebasan.
Ringkasnya, seni mendidik adalah menjaga dan dan mengendalikan ketegangan antara paksaan dan kebebasan.

Meski dalam beberapa hal kedua pengamat ini berbeda pendapat, namun soal keterlibatan anak muda, mereka hampir sepakat.
Menurut mereka prinsip pedagogik pengajaran harus dipeang yakni mengikutsertakan anak muda dalam menata hidup bersama.
Ancaman, setrap, pukulan atau hukuman tidak membuat orang takut.
Yang justru kini ditunut adalah memberi sesuatu pada anak2 yaitu "mengakui mereka".

Karenanya, setinggi apapun tembok asrama dibangun unutk membentengi anak didik dari pengaruh negatif, toh mereka akan dapat melewatinya.
Juga, sekuat apapun gembok dipasang di pagar besi d=sekolah, toh tak akan dapat menyurutkan nyali pencuri hati.
Karenanya pendidikan perlu sering diingatkan sebagai proses pemanusiaan manusia.
Yang didalamnya akan mengajarkan keseimbangan hubungan manusia dengan penciptaannya, hubungan dengan sesama manusia dan juga menjaga hubungan dengan alam.
Ketiga hubungan ini hanya dapat diraih bilamana pendidikan mampu menyentuh "hati" para peserta didiknya, bukan sekedar kemampuan otaknya belaka.




Al Kautsar ~ DHIBRA Edisi 20 / 14 Rabi'ul Akhir - 15 Jumadil Awwal 1429 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Inilah Orang Gag Penting

Foto saya
ploso jombang city!, jawa timur, Indonesia
Yah masih nubie, perlu belajar banyak :p